Saat gunung sinabung meletus, ribuan
orang harus mengungsi meninggalkan kampong halaman mereka, meninggalkan ladang
mereka, meninggalkan harta dan mata pencaharian mereka, bahkan juga
meninggalkan dadu putar mereka beserta sudu atau batok kelapa yang biasanya
dipergunakan untuk mencari nafkah. Seketika itu juga, ruangan ruangan di rumah
rumah ibadat yang biasanya digunakan oleh orang orang yang ber”Tuhan” untuk
rapat menentukan peraturan manusia, beralih fungsi menjadi posko posko penampungan
untuk para pengungsi itu.
Banyak hal yang menarik atau tidak
pala menarik dalam bencana erupsi gunung sinabung. Mulai dari orang yang
berlomba lomba menjadi panitia posko, yang menyatakan dirinya relawan yang bila
dipanjangkan menjadi Rela, Wani Piro? Yang artinya rela membantu, yang mungkin
ada harapan dibalik semuanya, semoga saja anda tidak seperti itu. Adalah
pengakuan seorang teman yang tahun 2010 dulu terlibat dalam kepanitiaan di
posko pengungsian, dan saat ini tidak di pake lagi oleh temannya, katanya dulu
saat para pengungsi pulang kekampung mereka masing masing, logistic yang
tersisa juga akan dibagikan/kk kepala keluarga lah itu. Penghitungannya samalah
dengan saat penghitungan konsumsi saat perayaan perayaan keagamaan, karena
takut tidak kebagian semua, maka ditambahlah jumlah kk nya 30%. Namun bila
semua kebagian dan mungkin saja sisa sebelum ditambah kk yang tak terduga itu, ntah
kemanalah yang 30% itu tadi. Jangankan sisa logistic, data jumlah pengungsi pun
tidak nampak lagi. Mungkin sudah dijadikan bungkus kacang goreng atau bungkus
martabak atau juga bungkus ikan teri / ons.
Masih di frekuensi Gunung Sinabung
yang megah wah… seorang atau beberapa
orang yang merasa tidak berdosa, tidak bersalah, ingin tampil didepan,
sasarannya media massa.
Kenapa saya katakana merasa tidak bersalah? Karena kata kata itu yang pas,
cocok, klop, untuk kejadian ini. Faktanya, banyak media yang menuliskan,
membacakan, menyampaikan dan mengatakan hebohnya tentang letusan gunung
sinabung, dan dengan tafsiran tafsiran saja seperti mengulas togel di tafsiran
mimpi, sehingga yang seharusnya tidak besar, menjadi besar. Disisi lain orang
orang itu juga mengatakan apa yang terjadi tentang berita yang dikabarkan nya
atau kabar yang diberitakannya. Jumlah wisatawan berkurang ke tanah karo…bagaimana
tidak berkurang???
Banyak yang berkurang akibat erupsi
gunung sinabung, selain kunjungan wisatawan dan pasokan sayur mayur ke kota
medan, pengamen jalanan juga berkurang di kota medan, bukan karena mengungsi ke
kali ciliwung atau digusur oleh si gatot yang gubernur itu, tapi mereka lulus
verifikasi ntah oleh siapa untuk menjadi relawan pengumpulan dana di ibu kota
provinsi itu, mereka yang dulunya mangkal atau nge time di lampu merah membawa
gitar dan bungkus permen atau bungkus bon bon itu, yang kadang isinya tidak
penuh hingga sore, kini membawa kotak mie instant yang bertuliskan Peduli
Bencana Sinabung. Ntah lah itu sah atau tidak, tak tau lah.
Setiap hari sinabung mengisi otak
masyarakat, mulai dari Koran, tivi, radio, bahkan seles sinabung mulut ke
mulut. Ada yang
benar, ada yang salah, bahkan ada yang setengah masak, awalnya benar, ahirnya
tidak. Seolah olah punya kebanggaan sendiri dalam hal sinabung.
Ada baiknya untuk kita yang sedang
mendengarkan saat ini, memikirkan apa yang telah saya sampaikan, dan mengoreksi
diri sendiri, bukan mengoreksi kebenaran perselingkuhan **** *****dengan*****
yang tukang loak itu.
Tidak ada komentar
Posting Komentar