John F. Purba ||| Dhevie Charo||| Jona Idolanta||| Warta Irfa



IRFA FM 89,4 MHz


IRFA FM 89,4 MHz
SUZUKI
KABANJAHE

Marketing/Sales
085270687597 (John F.Purba)

Point Of View Sinabung


Saat gunung sinabung meletus, ribuan orang harus mengungsi meninggalkan kampong halaman mereka, meninggalkan ladang mereka, meninggalkan harta dan mata pencaharian mereka, bahkan juga meninggalkan dadu putar mereka beserta sudu atau batok kelapa yang biasanya dipergunakan untuk mencari nafkah. Seketika itu juga, ruangan ruangan di rumah rumah ibadat yang biasanya digunakan oleh orang orang yang ber”Tuhan” untuk rapat menentukan peraturan manusia, beralih fungsi menjadi posko posko penampungan untuk para pengungsi itu.
Banyak hal yang menarik atau tidak pala menarik dalam bencana erupsi gunung sinabung. Mulai dari orang yang berlomba lomba menjadi panitia posko, yang menyatakan dirinya relawan yang bila dipanjangkan menjadi Rela, Wani Piro? Yang artinya rela membantu, yang mungkin ada harapan dibalik semuanya, semoga saja anda tidak seperti itu. Adalah pengakuan seorang teman yang tahun 2010 dulu terlibat dalam kepanitiaan di posko pengungsian, dan saat ini tidak di pake lagi oleh temannya, katanya dulu saat para pengungsi pulang kekampung mereka masing masing, logistic yang tersisa juga akan dibagikan/kk kepala keluarga lah itu. Penghitungannya samalah dengan saat penghitungan konsumsi saat perayaan perayaan keagamaan, karena takut tidak kebagian semua, maka ditambahlah jumlah kk nya 30%. Namun bila semua kebagian dan mungkin saja sisa sebelum ditambah kk yang tak terduga itu, ntah kemanalah yang 30% itu tadi. Jangankan sisa logistic, data jumlah pengungsi pun tidak nampak lagi. Mungkin sudah dijadikan bungkus kacang goreng atau bungkus martabak atau juga bungkus ikan teri / ons.
Masih di frekuensi Gunung Sinabung yang megah wah…  seorang atau beberapa orang yang merasa tidak berdosa, tidak bersalah, ingin tampil didepan, sasarannya media massa. Kenapa saya katakana merasa tidak bersalah? Karena kata kata itu yang pas, cocok, klop, untuk kejadian ini. Faktanya, banyak media yang menuliskan, membacakan, menyampaikan dan mengatakan hebohnya tentang letusan gunung sinabung, dan dengan tafsiran tafsiran saja seperti mengulas togel di tafsiran mimpi, sehingga yang seharusnya tidak besar, menjadi besar. Disisi lain orang orang itu juga mengatakan apa yang terjadi tentang berita yang dikabarkan nya atau kabar yang diberitakannya. Jumlah wisatawan berkurang ke tanah karo…bagaimana tidak berkurang???
Banyak yang berkurang akibat erupsi gunung sinabung, selain kunjungan wisatawan dan pasokan sayur mayur ke kota medan, pengamen jalanan juga berkurang di kota medan, bukan karena mengungsi ke kali ciliwung atau digusur oleh si gatot yang gubernur itu, tapi mereka lulus verifikasi ntah oleh siapa untuk menjadi relawan pengumpulan dana di ibu kota provinsi itu, mereka yang dulunya mangkal atau nge time di lampu merah membawa gitar dan bungkus permen atau bungkus bon bon itu, yang kadang isinya tidak penuh hingga sore, kini membawa kotak mie instant yang bertuliskan Peduli Bencana Sinabung. Ntah lah itu sah atau tidak, tak tau lah.
Setiap hari sinabung mengisi otak masyarakat, mulai dari Koran, tivi, radio, bahkan seles sinabung mulut ke mulut. Ada yang benar, ada yang salah, bahkan ada yang setengah masak, awalnya benar, ahirnya tidak. Seolah olah punya kebanggaan sendiri dalam hal sinabung.
Ada baiknya untuk kita yang sedang mendengarkan saat ini, memikirkan apa yang telah saya sampaikan, dan mengoreksi diri sendiri, bukan mengoreksi kebenaran perselingkuhan **** *****dengan***** yang tukang loak itu.



By : John F. Purba




Tidak ada komentar

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.