Gunung Sinabung katanya pernah meletus 400 tahun silam, namun
tidak ada catatan dalam sejarah untuk membuktikannya. Pernah atau tidak pernah,
bukan itu yang menjadi permasalahan saat ini, walau judulnya berkaitan dengan
Gunung Sinabung. 20 Agustus 2010 siang, terlihat asap putih mengepul yang
bahasa jermannya erdipul ke udara, kalau di mirip miripkan, mirip lah itu seperti jamur. Banyak masyarkat bertanya tanya ( yang
pasti bertanya pada dirinya sendiri, bukan pada saya, karena saya pada saat itu
mungkin lagi makan bakwan atau makan tahu isi ). “ Tidak biasanya
pemandangan di puncak Gunung Sinabung seperti ini “. Kira kira begitulah
pertanyaan orang orang di situ.
Cerita punya cerita, muncul lah kata kata dari
mulut ke kuping bukan dari mulut ke mulut, bahwa Gunung Sinabung akan meletus.
Seketika, sore jam 5 sore lah itu, banyak masyarakat dari desa desa di kaki
Gunung Sinabung meninggalkan kampung nya menuju kota Kabanjahe karena memang
mereka percaya bahwa Gunung itu akan meletus.
Para pers pers media elektronik, cetak, bahkan
pers yang
tidak ada elektroniknya dan tidak ada cetakannya pun bermunculan karena
ingin mengetahui keadaan yang sesungguhnya, hingga akhirnya berita ini sampai
ke sana sini, dan nyangkut di kupingnya Mbah
Rono Surono yang saat itu sebagai Kepala PVMBG. Karena si Surono merasa
mustahil kalau Gunung Sinabung yang dulu tipe B itu mbeltok alias meletus, maka disuruhlah para masyarakat itu
pulkam ( soalnya kata orang itu, Ahli
Gunung sudah bilang kalau itu tidak apa apa ). Maka pulang lah mereka mereka
yang tadi takut.
Yang dibilang Mbah Rono Surono kalau Gunung
Sinabung tidak apa apa, ternyata apa apa, karena masyarakat takut
terjadi apa apa, maka mereka tidak memikirkan apa apa lagi, kembalilah
mereka berlarian meninggalkan kampung mereka. Oleh karena itu maka sah walau palu tidak diketok 3X, Gunung
Sinabung dinyatakan Meletus ( SMP )
walaupun sesungguhnya adalah Erupsi
( SD ), namun hingga ahir cerita ini, kita samakan lah itu, soalnya nanti juga
ada yang akan kita sama samakan. Pisang akan kita samakan dengan Kelapa.
Baiklah kita lihat, sekalian baca dan renungkan, (
kalo
dilihat saja, tidak akan ada hasilnya ) kutipan berikut.
“MEDAN (Pos Kota) –
Bencana erupsi Sinabung belum layak disebut bencana nasional dan sebaliknya
merupakan bencana politik. Pasalnya, banyaknya intervensi dari orang-orang di
luar Tanah Karo. Demikian dikatakan pakar vulkanologi sekaligus staf ahli
Menteri Energi Sumber Daya Mineral Surono, Kabanjahe, Senin (20/1). Menurut
dia, sejak awal ia sudah mengatakan bahwa bencana Sinabung merupakan bencana
marathon yang membutuhkan kesabaran extra dalam menghadapinya. “Dan letusan
Gunung Sinabung tidaklah sebesar letusan merapi baik dari segala aspek seperti
muntahan material,” ujarnya. Namun, karena banyaknya intervensi dari
pihak-pihak luar Tanah Karo membuat bencana ini menjadi booming hingga
menimbulkan ketakutan. Padahal selayaknya pengungsi Sinabung maksimal hanyalah
7 ribu dan tidak mencapai 28 ribu jiwa.
Sindonews.com -
Bencana erupsi Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara,
dinilai telah dipolitisir banyak pihak. Pasalnya, erupsi yang sudah berlangsung
sekira empat bulan itu dinilai bukan merupakan bencana yang mengerikan seperti
yang digembar-gemborkan banyak pihak. Menurut Staf Ahli Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Dr Ir
Surono, ada pihak-pihak yang secara sengaja menebar ketakutan untuk mendapatkan
keuntungan dari Sinabung. Tak pelak jika kekhawatiran kemudian mencuat hingga
ke seluruh penjuru nusantara. Menurut Surono, jika dibandingkan dengan erupsi
Gunung Merapi, Sinabung masih jauh lebih aman. Dia menegaskan tidak ada yang
perlu dikhawatirkan dari Gunung Sinabung. "Isi Sinabung cuma abu saja.
Berbeda dengan Gunung Merapi yang memuntahkan banyak material," terangnya.
Dari
kutipan diatas, tentu kita yang membaca artikel ini sudah tau apa maksud dari
judul nya “ SINABUNG dan POLITIK “. Ya… seperti itulah keadaan Tanah Karo
Simalem ini. Dan yang asyik juga untuk dibahas, beberapa figure ( bukan vigor )
akan terlihat karekternya disini.
Dari
informasi yang saya dapat dari kawannya sahabat temannya saudara saya, yang
namanya tidak mau disebutkan ( karena saya juga tidak tau ), katanya ada Kelompok yang mencari keuntungan dalam
bencana ini.
- Mereka sibuk mencari jalan agar bencana sinabung dijadikan bencana Nasional, dibayarlah para poto graper itu untuk menjepret daerah daerah dan rumah rumah yang roboh roboh serta lahan lahan pertanian yang hancur. Supaya dapat dikirim ke Pusat ( ntah kemana lah itu ) sebagai bahan pertimbangan. Setelah ditimbang, bobotnya kurang 4,5 Ons, jadi gagal lah jadi bencana nasional ( yang pasti ada udang di balik batu ).
- Karena jalan menuju bencana nasional belum di aspal ( susah untuk dilewati ), maka di usulkanlah untuk Relokasi Radius 5 Km( kok 5 Km? ).Yang pasti agar kelompok tersebut dapat # lah dalam pencarian lahan dan pengurusan surat menyurat. Eh, ternyata si rakus tau akal busuk si kelompok, jadi dibuat lah tender ( gitu ya? nulis tender ). Kira kira seperti inilah katanya “ Barang siapa yang bisa mendapatkan lahan ( sudah ditentukan )tersebut dengan harga sudah dikurangi sekian persen, lapor kepada saya “. Itulah sebabnya maka sampai artikel ini selesai ditulis belum juga ada kegiatan Relokasi, alasannya warga yang tidak mau meninggalkan kampungnya, karena itu dari leluhur mereka ( alasan…!? ). Relokasi di TUNDA.
- 1 Februari 2014, Gunung sinabung memakan korban, eh…. Muncul lagi Bencana nasional yang di harapkan. “ pak… korbannya sudah ada 14 orang pak…. Apakah sudah cukup untuk jadi bencana nasional???? Jawabannya “belum”. 3 orang lagi sekarat di rumah sakit. “ butuh berapa nya korban agar bias menjadi bencana nasional??? “
Begitulah kira kira cerita
kelompok itu.
Sebenarnya
banyak sekali Orang orang yang memanfaatkan Bencana Sinabung menjadi sumber
rejeki mereka. Tapi karena saya sudah ngantuk, jadi saya persingkat saja. Ada cerita seperti ini.
Saat Gunung
Sinabung memakan korban (walau tidak ditelan), banyak isu isu atau obrolan
warung kopi yang perlu kita cermati.
-
saat relawan bersaksi di sebuah tipi swasta tentang
kondisi sinabung pasca pertama evakuasi warga yang menjadi korban awan panas. Si reporter bertanya “
Bagaimana kondisi tanah, debu, suhu udara, pertama kali anda memasuki daerah tersebut
untuk mengevakuasi korban??apakah masih panas??? Jawabannya “ tidak, sudah dingin seperti
tanah biasa “. Jadi apakah itu Awan Panas?? Ya… ( versi karo ). Awan panas yang
disebut melebihi 600°C itu = awan pijar (yang
diakui dunia). Apapun yang dilewatinya akan Terbakar Hangus. Namun ini kan
Awan Panas versi karo, plastik rokok, hp, kabel, rambut, kain pun tidak
terbakar. Apakah melebihi 600°C??? ( saya tidak tau, karena belum pernah saya
ukur ). Yang namanya sudah dikatakan awan panas oleh yang berkepentingan, mau
600°C, 100°C, 10°C, -200°C, itu tetap awan panas. ( disamakan saja ). Erupsi
dengan Guguran Lava juga disamakan oleh beliau, ya sama juga. Kalaupun Pisang dikatakan adalah Kelapa, ya jadi kelapa juga.
Baiklah sebagai penutup kita
mengingat kembali saudara saudari kita yang menjadi korban erupsi gunung
sinabung. Berbulan bulan mereka berada di penampungan, solusi belum ditentukan.
Salam : John F. Purba
Tidak ada komentar
Posting Komentar